Membangun ekonomi Masyarakat Adat. Melindungi hutan tropis terbesar ketiga di dunia. Merawat bumi.
Kami bermitra dengan Masyarakat Adat se nusantara untuk mengembangkan Badan Usaha Milik Masyarakat Adat (BUMMA) berdasarkan kerangka kerja yang dikembangkan oleh Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN).
Berita
Pekerjaan Kami
Kelembagaan dan Pengakuan Masyarakat Adat
Pengembangan Bisnis
Kemitraan
Jasa Pengembangan Bisnis
Menjaga Penghidupan dan Kebudayaan
Masyarakat Adat di Indonesia dikaruniai keberlimpahan - ilmu pengetahuan alam, cara hidup asali, dan kekayaan alam yang mereka kelola. Tim kami bermitra dengan Masyarakat Adat untuk mengembangkan potensi ekonomi, produk dan jasa berdasarkan sumber daya, pengetahuan, sistem, dan praktek-praktek adat. Misalnya mungkin adalah pelestarian dan pengusahaan benih warisan, obat obatan, juga ekowisata.
Karbon
Tim kami bermitra dengan suku-suku masyarakat adat untuk mengkaji dan atau mengembangkan proyek-proyek karbon di wilayah adat suku tersebut. Kami melakukan ini dalam peran sebagai perwakilan dan penasehat yang menghubungkan masyarakat adat, pengembang proyek, dan investor. Kami juga menyediakan dukungan teknis dalam implementasi proyek dan pemenuhan syarat dan target-targetnya, termasuk di antaranya jasa konsultasi tentang peraturan perundangan, analisis geospasial, jasa pengelolaan, dan pengembangan kapasitas monitoring dan pelaporan.
Kelembagaan dan Pengakuan Masyarakat Adat
Membangun Jatidiri Adat
Dahulu umum bahwa masyarakat adat terorganisir sampai tingkat suku, kini hampir semua upaya revitalisasi dan penguatan struktur dan kelembagaan pengorganisasian masyarakat adat adalah di tingkat yang lebih kecil, marga atau kampung. Kini sangat nyata juga bagaimana program-program, kebijakan dan pendanaan pemerintah dan non-pemerintah dirancang dan dilakukan di tingkat marga atau kampung. Meskipun jelas bahwa pengorganisasian pada skala ini ada baiknya,akan tetapi jelas pula bahwa dengan skala ini sulit terbangun kekuatan masyarakat adat sebagaimana pengorganisasian pada tingkat suku.
Kami bermitra dengan masyarakat adat dalam menguatkan jatidirinya sebagai sebuah komunitas, suku yang berdaya, menggali dan mengembangkan struktur dan kelembagaan adatnya.
Pengakuan masyarakat, wilayah, hutan adat
Jalan menuju pengakuan secara hukum atas keberadaan suatu masyarakat adat dan wilayah adatnya seringkali adalah sebuah jalan yang panjang dan berliku, dengan banyak tikungan dan jebakan teknis di perjalanannya. Tim kami menyediakan jasa konsultasi bagi suku-suku yang berniat memetakan wilayah adatnya, menyusun berbagai persyaratan administrasi, melengkapi berkas pengajuan, dan bersilat giat di panggung peraturan perundangan agar sukses sampai tujuan pengakuan.
Kemitraan
Suku Namblong
Bagian dari Wilayah Budaya Mamta, berada di Kabupaten Jayapura, Provinsi Papua. Masyarakat Adat Suku Namblong memiliki wilayah adat seluas sekitar 53,000 hektar yang melintasi tiga distrik dan 27 kampung. Sekitar seperempat dari wilayah adat suku ini ditumpangi oleh HGU sebuah perusahaan perkebunan kelapa sawit.
Di awal tahun 2022, setelah bertahun-tahun berjuang dan mengorganisir diri, suku ini mendapatkan tiga kemenangan — pengakuan hukum dan registrasi resmi atas sebagian dari kampung-kampung adat, wilayah adat suku, dan pembebasan sekitar 56% dari total areal konsesi perkebunan kelapa sawit.
Mitra BUMMA bekerja bersama Suku Namblong untuk menggali, mengorganisir dan menguatkan struktur dan kelembagaan di tingkat suku dan membangun BUMMA.
Suku Mare
Bagian dari Wilayah Budaya Domberai, kini di Provinsi Papua Barat Daya, Suku Mare dengan populasi sekitar 3,300 jiwa memiliki wilayah adat seluas sekitar 44,000 hektar yang mencakup 20 kampung di dua distrik di Kabupaten Maybrat dan beberapa kampung di Kabupaten Tambrauw dan Kabupaten Sorong Selatan. meskipun belum mendapatkan pengakuan hukum akan tetapi keberadaan dan wilayah adat Suku Mare telah tercantum secara indikatif dalam sebuah Peraturan Gubernur. Saat ini hampir 60% dari wilayah adat Suku Mare ditumpangi oleh konsesi logging. sebagian besar warga Masyarakat Adat Suku Mare adalah petani subsisten, pengelola hutan dan lahan.
Selain memfasilitasi Suku Mare dalam mengupayakan pengakuan keberadaan dan wilayah adatnya, dan membangun BUMMA, Mitra BUMMA juga bekerja bersama dengan Suku Mare untuk memulai dan menjalankan sebuah Bisnis Kanvasing Hasil Bumi yang menyerap komoditas surplus dari para petani serta mama-mama di kampung-kampung dan menghubungkannya dengan pasar lokal. Kanvasing ini juga menghubungkan komunitas produsen di Tambrauw dan Sorong dengan kampung-kampung di Mare. Tim Mitra BUMMA menyediakan dukungan logistik dan rantai suplai, membuka akses pasar, dan dukungan pengembangan kapasitas manajemen.
Tim Kepemimpinan
-
Ambrosius "Ruwi" Ruwindrijarto
CO-FOUNDER, CO-EXECUTIVE DIRECTOR
Ruwi berpengalaman lebih dari 30 tahun bekerja dalam isu-isu ligkungan hidup, pengelolaan hutan dan laut, dan kewirausahaan sosial di Indonesia. Di sepanjang karirnya itu dia mendiriman dan memimpin beberapa organisasi yang bekerja di Indonesia dan lebih luas di Asia Tenggara seperti Telapak, Samdhana Institute, dan Forest Watch Indonesia. Dalam pekerjaannya dan melalui organisasi-organisasi tersebut Ruwi berkontribusi cukup penting dalam mendorong perubahan dari industri-industri dari ekstraktif ke regeneratif, termasuk di antaranya membangun gerakan dari illegal logging ke community logging, dari destructive fishing ke perikanan lestari, usaha masyarakat dan kewirausahaan sosial. Ruwi berkomitmen untuk aktif dalam mendukung gerakan Masyarakat adat, petani dan nelayan menuju keutuhan ekologis, sosial, dan ekonomi.
Ruwi menerima Ramon Magsaysay Award for emerging leader pada tahun 2012, Skoll Award for Social Entrepreneurship pada 2010, dan Schwab Foundation's Social Entrepreneur of the Year 2008. Ruwi ingin menjadi penulis novel suatu hari nanti.
-
Dominique Tan
CO-FOUNDER, CO-EXECUTIVE DIRECTOR
sebagai generasi pertama orang Indonesia di Amerika, Dominique ingin berperan sebagai bagian dari komunitas diaspora yang mendukung Masyarakat Adat. Dia memulai karirnya dalam arena kebijakan publik dengan fokus pada memajukan keadilan sosial di kawasan Teluk San Fransisco. Dominique, dengan minat yang semakin besar pada isu kontribusi perusahaan-perusahaan swasta dalam perubahan sosial, kemudian mentransisi dirinya ke sektor swasta dimana dia bekerja sebagai Direktur Corporate Social Responsibility dan Direktur Special Projects & Business Intelligence untuk Unical group,sebuah perusahaan solusi rantai suplai yang melayani 3500+ pelanggan di industri penerbangan dari seluruh dunia. Saat ini Dominique berposisi sebagai Chief of Staff di CoulsonTan Joint Venture yang memiliki operasi pemadaman kebakaran dari udara dan telah diliput di 60 Minutes, Bloomberg BusinessWeek, dan CBS News.
Dominique adalah alumni dari Just Economy Institute’s Integrated Capital Fellowship, anggota dari Liberty Hill Foundation’s Environment, dan Komite Pengarah di Justice Donor Circle Group.
-
Abdon Nababan
LEAD STRATEGIST
Abdon Nababan dikenal sebagai salah satu sosok yang paling berperan dalam gerakan masyarakat adat di Indonesia, bahkan dunia. Pada tahun 1999, setelah jatuhnya rezim Suharto, Abdon Nababan menjadi salah satu pendiri Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN) dalam kongres pertamanya. AMAN adalah sebuah organisasi berbasis anggota komunitas adat yang kini telah berkembang pesat dengan 115 cabang daerah dan 21 wilayah yang hadir di 34 provinsi di Indonesia. Secara keseluruhan , AMAN mewakili lebih dari 17 juta jiwa, warga masyarakat adat. Dalam kepemimpinan Abdon Nababan, pada tahun 2012 AMAN memenangkan sebuah gugatan di Mahkamah Konstitusi yang secara fenomenal mengembalikan sekitar 57 juta lahan dari penguasaan pemerintah ke masyarakat adat. Abdon Nababan menerima Ramon Magsaysay Award pada tahun 2017.
Tentang Kami
Kami ingin berkarya dan menjadi Noken - tas anyaman multiguna dari bahan alam, digunakan oleh 300 lebih suku di Tanah Papua. Noken adalah wadah untuk berbagai harta, juga benda sehari-hari, kotak suara, pembawa damai antar marga dan suku, penanda hormat untuk tamu, dan lain sebagainya. Bagi orang Papua, Noken adalah adalah nilai dasar, kekayaan, dan jatidirinya.
Demikianlah Mitra BUMMA ingin melandaskan diri pada Filosofi Noken itu sendiri: kasih kerahiman, rajutan solidaritas, kekuatan dalam kelenturan, kedayagunaan, keterbukaan, memelihara kehidupan.
Seperti noken yang saling terhubung, rajutan solidaritas tanpa batas, Mitra BUMMA turut pada kebijaksanaan dan ikatan Masyarakat Adat dengan alam dan semesta untuk menjadi berdaya guna dalam krisis iklim saat ini. Kami adalah bagian dari Gerakan Menoken, merajut dan memperkuat pintalan sosial agar berdaulat dan jayalah ekonomi Masyarakat Adat.
-
Permasalahan
Krisis iklim tidak akan bisa diatasi tanpa peran: Masyarakat Adat
Populasi Masyarakat Adat hanya sekitar 5% dari keseluruhan populasi dunia, akan tetapi mereka menjaga 80% dari seluruh keanekaragaman hayati bumi ini.
Tanah yang diampu oleh Masyarakat Adat di seluruh dunia menyimpan sampai 300 triliun ton karbon.
Akan tetapi hanya kurang dari 1% dari dana internasional untuk iklim yang betul-betul sampai ke Masyarakat Adat dan Komunitas Lokal untuk mengelola hutan-hutan mereka.
… atau hutan hutan Indonesia
Penyerapan karbon oleh lahan seperti hutan tropis berperan sangat penting dalam menangani perubahan iklim, totalnya menyerap 26% dari seluruh emisi karbon.
Hutan hujan tropis primer di Australasia adalah yang terbesar ketiga di dunia setelah Amazon dan Kongo.
Papua adalah pulau terbesar di Indonesia dengan luas sekitar 41 juta hektar, dan sampai tahun 2021 memiliki laju deforestasi yang lebih kecil dibanding 6 pulau utama lain di Indonesia.
Di Papua ada kesempatan untuk menjaga dan melestarikan hutan-hutan raya (sebagai sebuah strategi pencegahan), dibanding merestorasi habitat.
Bagaimana dengan janji janji perusahaan perusahaan untuk nol emisi, yang justru memperparah ketidakadilan dan kesenjangan?
Lebih dari 1500 perusahaan yang totalnya bernilai $38 triliun di ekonomi global mendeklarasikan target nol emisi sejalan dengan tema masa depan 1.5°C. Sebagian besar dari perusahaan-perusahaan ini akan menggunakan skema kompensasi karbon demi mencapai target-target tersebut.
Saat ini ada lebih dari 40 proyek karbon di Indonesia dan sejauh yang kami ketahui tidak ada di antaranya yang dimiliki oleh Masyarakat Adat, yang tetap saja terpinggirkan dari pasar karbon yang terus bertumbuh ini.
Masyarakat Adat terus saja menghadapi bahaya dalam upaya mereka mempertahankan hutan dari ancaman industri ekstraktif. Dari ratusan orang yang terbunuh tiap tahunnya karena melawan pengrusakan lingkungan, proporsi lebih banyaknya adalah orang adat.
Dengan terus tumbuhnya pasar karbon dan potensi monetisasi, menghasilkan uang dari, wilayah-wilayah adat, bisa jadi sampai 300 juta orang yang tinggal di dan sekitar hutan diusir dari wilayahnya sendiri.
Sikap Kami
Kisah Mitra BUMMA adalah sebuah kisah kegembiraan cinta; mencintai Indonesia, budayanya, masyarakatnya, dan alamnya.
Merayakan negara berpenduduk keempat terbesar di dunia, dengan keanekaragaman dari 1300+ sukunya, 50-70 juta Masyarakat Adatnya, dan 700 bahasa yang dipergunakannya.
Mensyukuri energi alam semestanya, di hutan hujan tropis yang terbesar ketiga di dunia, 70+ gunung berapi aktifnya, dan keanekaragaman hayati tak terbatas di 17,000+ pulaunya.
Ini adalah kisah menghormati dan menjalani cara hidup dan pengetahuan adat.
Saat negara-negara di dunia mengejar-ngejar PDB yang setinggi-tingginya, perusahaan-perusahaan mengejar-ngejar pendapatan bersih setinggi tingginya, dan individu-individu mengejar-ngejar harta setinggi-tingginya, Mitra BUMMA semakin mantap menghendaki selow saja, hadir, dan selalu kembali pada yang paling mendasar.
Tim kami dalam kemitraan dengan komunitas dan masyarakat adat terus belajar cara-cara baru dalam bekerja, berbisnis, dan berjalan bersama melintasi perbedaan negara, bahasa, dan budaya.